Update Covid 19: IDI Anggap Mutasi Delta dan Omicron Menjadi Deltacron Belum Mengkhawatirkan, Begini Gejalanya

- 17 Maret 2022, 18:38 WIB
Ilustrasi varian Covid-19 yang ada baru-baru ini di wilayah tertentu yaitu varian Deltacron.
Ilustrasi varian Covid-19 yang ada baru-baru ini di wilayah tertentu yaitu varian Deltacron. /Pixabay/geralt/


BALIKPAPAN CITY - Lahir lagi varian baru Covid-19 yang merupakan mutasi varian Delta dengan Omicron dengan nama Deltacron. Secara karakteristik, varian baru ini memicu kesakitan dengan gejala berat dan mudah menular.

Saat ini, varian Deltacron belum terdeteksi di Indonesia, walau saat ini sudah banyak yang terpapar varian Delta maupun Omicron.

Hadirnya Deltacron belum dianggap mengkhawatirkan oleh Satuan Tugas Covid-19.

Baca Juga: Indonesia Tawarkan 47 Proyek Investasi Senilai Rp155,12 Triliun, Bahlil: Enam Proyek Ada di Kalimantan

Cara penanganan pasien maupun pengobatannya sama seperti pada pasien yang terpapar varian Delta dan Omicron.
 

Seperti dikutip BALIKPAPAN CITY dari ANTARA, Kamis 17 Maret 2022, Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan varian COVID-19 yang mengandung elemen Delta dan Omicron (Deltacron) belum menjadi mutasi yang mengkhawatirkan.

"Deltacron menyebar ke banyak orang lain. Namun jumlah orang dengan Deltacron tidak terlalu banyak. Belum masuk perhatian dan kekhawatiran kita," kata Zubairi Djoerban saat menghadiri Pembukaan Monumen Pengabdian Dokter Indonesia di Menteng, Jakarta, Kamis siang.

Baca Juga: Luhut: OSS Masih Bermasalah bagi Perusahaan Besar, Tapi Succes Story untuk UMKM

Ia mengatakan Deltacorn merupakan varian kombinasi dari Delta yang memiliki karakteristik memicu kesakitan dengan gejala berat sementara Omicron sangat mudah menular.

Kombinasi keduanya, kata Zubairi, sangat mudah menembus pertahanan imun seseorang kemudian menaikkan kegawatan gejala saat tertular. "Untungnya, tidak demikian yang terjadi. Tidak terlalu menyebar dan tidak amat mematikan," ujarnya.

Zubairi mengatakan kemunculan Daltacron merupakan sifat alami virus untuk tetap hidup dengan memanfaatkan tubuh manusia sebagai inang untuk bertahan.

Baca Juga: Atta Halilintar Bawa Tas 'Dior' ke Bareskrim Polri, Pemberian Doni Salmanan itu Belum Pernah Dipakai

"Supaya tetap hidup, virus itu masuk ke tubuh orang, virus harus numpang di inang manusia yang dimasukkan. Karena itu, mereka bermutasi karena orang-orang sudah pada kena (tertular)," ujarnya.

Ia mengatakan Deltacron muncul karena ada varian Delta dan varian Omicron. Dua-duanya kemudian masuk dalam tubuh seorang pasien, kemudian pada waktu mutasi, muncul rekombinan pada sel virus. "Jadi munculah Deltacron," katanya.

Secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan hingga saat ini pihaknya belum mendeteksi kemunculan Deltacron di Indonesia.

Baca Juga: Atta Halilintar Bawa Tas 'Dior' ke Bareskrim Polri, Pemberian Doni Salmanan itu Belum Pernah Dipakai

"Hingga saat ini, pemerintah belum mendeteksi kasus varian Deltacron di Indonesia dan kita terus akan memantau," katanya.

Ia mengatakan situasi pandemi COVID-19 saat ini masih didominasi varian Omicron beserta sejumlah subvariannya. Hingga 15 Maret 2022, tercatat ada 668 kasus akibat penularan subvarian Omicron BA.2 di Indonesia. Meski demikian, Subvarian Omicron BA.1 masih mendominasi di Tanah Air.

"Di data nasional kita secara umum itu BA.2 sudah 668, BA.1 itu paling banyak yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus. Ini secara kumulatif dari Januari sampai dengan Maret itu ada 5.625 kasus," katanya.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 7,4 Jepang, 4 Orang Dilaporkan Tewas, Alaram Kebakaran Reaktor Nuklir Sempat Berbunyi

Penanganan Deltacron Sama Seperti Varian COVID-19

Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan penanganan pada pasien yang terkena varian Deltacron sama seperti pasien yang terkena varian COVID-19 lainnya.

“Caranya sama, pengobatannya pun masih tetap sama,” kata Reisa dalam Siaran Sehat Fase Deselerasi di Indonesia yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Menanggapi adanya Deltacron, Reisa menuturkan Deltacron tetap merupakan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Varian itu akan menimbulkan gejala yang sama pada saat menyerang tubuh manusia. Seperti batuk, pilek, demam ataupun sakit tenggorokan.

Baca Juga: Model Cantik Gretta Vedler Tewas Dalam Koper, Sempat Kritik Putin Sebulan Sebelum Kematiannya

Timbulnya gejala yang sama menyebabkan penanganan yang akan diberikan nantinya juga tetap sama seperti pada varian-varian COVID-19 sebelumnya. Sebab, varian tersebut merupakan dua varian yang menginfeksi seseorang pada saat yang bersamaan.

Artinya, itu adalah hal yang dapat terjadi dan tidak membuat virus COVID-19 berubah. Dikarenakan Deltacron adalah gabungan dua varian yakni Delta dan Omicron, maka seseorang yang terkena kombinasi varian itu akan mengalami gangguan pada saluran pernafasan bawah maupun saluran pernafasan bagian atas.

“Kalau Delta biasanya banyak menyerang saluran pernafasan bawah kalau Omicron saluran pernafasan atas. Jadi hati-hati kalau terinfeksi,” ucap dia.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 7,3 Guncang Jepang, Listrik Padam dan Kereta Tergelincir, Ada Peringkatan Tsunami

Menurut Reisa meskipun di beberapa negara sudah ditemukan kasus Deltacron, Badan Kesehatan Dunia (WHO) masih memantau lebih lanjut apakah varian tersebut benar-benar memberikan perburukan penyakit atau gejala pada orang yang terinfeksi.

Oleh sebab itu, ia meminta semua pihak menunggu hasilnya dengan tenang sembari menguatkan protokol kesehatan di setiap kegiatan dan segera melakukan vaksinasi COVID-19 agar tetap terlindungi dari segala bentuk penularan yang beredar dalam masyarakat.

“Meskipun di beberapa negara sudah di temukan kejadian seperti ini, ternyata sama saja dan pengobatan yang diberikan juga sama seperti varian-varian lain. Jadi tidak perlu khawatir, tetap jaga diri, tetap kurangi kemungkinan kita bisa terinfeksi varian apapun itu,” ujar Reisa.

Baca Juga: Usai Parade di Jakarta, Pembalab MotoGP Siap Latihan Bebas di Mandalika, Diakhiri Marc Marquez dkk Keliling

Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah masih memantau perkembangan varian Deltacron yang telah terdeteksi di beberapa negara di Eropa dan merupakan gabungan mutasi Delta dan Omicron.

"Ini masih dimonitor perkembangannya. Karena belum ada bukti terkait peningkatan penularan, keparahan dan lainnya," kata Nadia.

Para ilmuwan juga sudah mengonfirmasi keberadaan varian COVID-19 baru yang menggabungkan mutasi dari varian Omicron dan Delta dengan kasus yang dilaporkan di beberapa negara Eropa.

Varian itu, yang dijuluki "Deltacron," dikonfirmasi melalui pengurutan genom yang dilakukan para ilmuwan di IHU Mediterranee Infection di Maseille, Prancis.

Varian itu telah terdeteksi di beberapa wilayah Prancis. Kasus varian Deltacron juga ditemukan di Denmark dan Belanda, menurut database internasional Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

Secara terpisah dua kasus teridentifikasi di Amerika Serikat dan dilaporkan 30 kasus teridentifikasi di Inggris.

Varian tersebut adalah hibrida yang muncul lewat proses yang disebut rekombinasi, di mana dua varian virus menginfeksi individu secara bersamaan mengakibatkan bertukar materi genetik dan menciptakan varian baru.***


Editor: Tri Widodo

Sumber: ANTARA


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah