BALIKPAPAN CITY - Pemerintah Iran tak begitu menanggapi berita penikaman maut terhadap penulis buku 'Ayat-ayat Setan (The Satanic Verses)' Salman Rushdie.
Padahal, ketika buku itu terbit pada 1989, mendiang pemimpin Iran, Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini langsung mengeluarkan fatwa.
Fatwa atau dekrit tersebut menyerukan kematian Rushdie. Khomeini meninggal pada tahun yang sama.
Pemimpin Tertinggi Iran saat ini, Ayatollah Ali Khamenei, tidak pernah mengeluarkan fatwanya sendiri untuk mencabut dekrit tersebut.
Misi Iran untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar atas serangan itu, yang mendominasi pemberitaan buletin berita malam di televisi Pemerintah Iran.
Ancaman pembunuhan dan hadiah membuat Rushdie bersembunyi di bawah program perlindungan Pemerintah Inggris, yang mencakup penjaga bersenjata sepanjang waktu.
Rushdie muncul setelah sembilan tahun mengasingkan diri, dan dengan hati-hati kembali tampil di depan umum.
Dia mempertahankan kritiknya yang blak-blakan terhadap ekstremisme agama secara keseluruhan, dilansir BalikpapanCity.com dari The Associated Press, Sabtu, 13 Agustus 2022.