Dia meninggal sepuluh tahun kemudian.
Pada 2010, namanya diajukan sebagai calon yang mungkin dalam pengakuan tahunan pahlawan nasional.
Itu tidak disetujui oleh pemerintah, tetapi proposal itu dihidupkan kembali pada 2014.
Pendukung menegaskan bahwa kepemimpinan Suharto membawa stabilitas dan kemakmuran di negara ini.
Ketika dia dicopot dari kekuasaan, ekonomi Indonesia sudah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Tetapi, para kritikus menuduh Suharto sebagai pemimpin otoriter yang melakukan kekejaman yang meluas untuk membungkam oposisi.
Menurut ulasan The Diplomat, Soeharto dan keluarganya juga dikenal suka menjarah kekayaan negara.
Pada 2014, Mahkamah Agung memerintahkan keluarga Suharto untuk membayar 325 juta dolar AS setelah salah satu yayasan Suharto dinyatakan bersalah menyalahgunakan dana negara untuk membiayai berbagai transaksi bisnis.
Selama Suharto naik ke tampuk kekuasaan, lebih dari setengah juta tersangka komunis dan simpatisan mereka, diduga dibunuh dan ditangkap oleh militer.