Wabah Malaria Ancam IKN, WHO Turun Tangan

26 Mei 2022, 09:00 WIB
Kawasan Titik Nol IKN /Yose Adi/

BALIKPAPAN CITY – Wabah malaria mengancam kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sampai bulan Mei 2022, sudah ada 354 kasus malaria positif terdeteksi di wilayah itu.

Untuk mengatasi wabah malaria yang masih tinggi, Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), menggandeng Badan Kesehatan Dunia (WHO-World Health Organization).

Hal ini terungkap dalam pertemuan lintas sektor dan lintas program Percepatan Eliminasi Malaria yang digelar Pemkab PPU, Selasa (24/5/2022).

Menurut Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten PPU, Tohar, wabah malaria masih menjadi ancaman yang perlu diwaspadai di IKN. Jika dalam 5 bulan ada 354 kasus, maka rata-rata ada 70 kasus per bulan, atau 2 kasus per hari.

Baca Juga: Gubernur Kaltim Kembali Curhat Soal Pembagian Keuangan Pusat dan Daerah yang Dianggap Tak Adil

Jumlah itu, sudah melampaui kasus Covid-19 yang masih ditetapkan sebagai pandemi.

“Pemahaman dan kesepakatan bahwa penanganan malaria di Kabupaten PPU akan menjadi tanggung jawab bersama agar kasus malaria bisa menurun,” kata Tohar dikutip dari Instagram @humassetkabppu.

Tohar mengajak seluruh komponen masyarakat untuk berkontribusi dalam penanganan wabah malaria.

“Ayo sama-sama karena kerahkan masyarakat untuk Kesehatan juga harus dikontribusi oleh kesadaran masyarakat kita juga dari unsur pemerintah, unsur tenaga medis, jika tidak ada kesiapan dan kesediaan dari warga juga sulit bisa terwujud,” katanya.

Baca Juga: Ada Sang Juru Viral dan Damai, Kasus Kekerasan Pengemudi Pajero vs Yaris di Tol Tomang Berakhir Happy Ending

Ia juga memerintahkan aparat di bawahnya, melakukan kampanye pencegahan wabah malaria.

“Informasi dan pengetahuan tentang tata cara percepatan eliminasi malaria khsusnya wilayah PPU, semoga setelah ini ada komitmen bersama bagaimana upaya kita wujudkan dalam waktu tidak terlalu lama,” tutupnya.

Sementara itu perwakilan WHO di Indonesia, dr. Herdiana menyebut malaria bukan hanya isu di daerah. Tetapi juga merupakan isu global. Seluruh dunia telah menyepakati untuk mengeliminasi malaria di tahun 2050. Sedangkan di Kawasan Asia Tenggara, eliminasi malaria ditargekan tahun 2030.

“Daerah yang kasus malarianya tinggi yaitu Papua, Papua Barat, NTT, Pulau Sumba dan Kalimantan Timur yaitu daerah IKN," kata Herdiana.

Baca Juga: PMK Sudah Menyebar ke 15 Provinsi, Terbanyak dari Jatim Dua Juta Ternak, Kaltim Terpaksa Hentikan Pasokan

Kawasan IKN menjadi perhatian khusus karena akan banyak orang keluar masuk.

"Sehingga ke depannya di IKN jangan sampai IKN malah menjadi daerah yang penularan malarianya sangat tinggi,” ungkap Herdiana.

“Tahun 2023 adalah tahun terakhir kasus malaria yang ditularkan di daerah kita. Tidak boleh ada lagi kasus malaria ini di ke tiga daerah yaitu PPU, Kubar dan Paser dan itu target kita untuk mencapai Indonesia bebas malaria di 2030,” harapnya.

Pertemuan Lintas Sektor dan Lintas Program Percepatan Eliminasi Malaria diikuti aparat keamanan hingga organisasi perangkat daerah.

Baca Juga: Satu Lagi, Mobil Ferrari Indra Kenz Senilai Rp3,5 Miliar Tiba di Jakarta, Kasusnya Langsung Dikebut Bareskrim

Sejumlah lurah yang wilayahnya ditemukan kasus malaria juga dikumpulkan. Mereka di antaranya lurah Sotek, lurah Petung, kepala desa Giripurwa, dan daerah yang banyak mengalami kasus malaria.

Tahun ini PPU mencatat kenaikan yang signifikan wabah malaria, sehingga Dinas Kesehatan bekerja sama dengan perwakilan Kementerian Kesehatan dan World Health Organization (WHO). Malaria merupakan penyakit yang mudah menular oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penderita akan merasakan demam tinggi yang menyebabkan anemia berat, gagal ginjal, hingga bisa menyebab kematian. ***

 

 

Editor: Yose Adi

Sumber: Pemkab PPU

Tags

Terkini

Terpopuler