Negara-negara Persemakmuran Kian Bimbang Pasca Kematian Ratu ELizabeth II, Desakan Mendirikan Republik Menguat

- 19 September 2022, 00:45 WIB
Gelar Ratu Elizabeth II dan negara-negara persemakmuran selama 70 tahun kepemimpinannya.
Gelar Ratu Elizabeth II dan negara-negara persemakmuran selama 70 tahun kepemimpinannya. /Tangkap Layar Instagram.com/@commonwealth_sec

 

BALIKPAPAN CITY - Mayoritas rakyat Britania Raya dan 14 Negara Persemakmuran (Commonwealth) sangat mencintai Ratu Elizabeth II.

Itu sebabnya selama 70 tahun memerintah Kerajaan Britania Raya, semua negara ini mengendapkan wacana tentang referendum menjadi negara republik.

Dalam istilah tradisional Kerajaan Britania Raya, Raja Inggris adalah kepala negara dari 14 negara persemakmuran.

Di bawah sistem saat ini, Raja Inggris adalah kepala negara, yang di setiap Negara bekas jajahan ini diwakili oleh gubernur jenderal.

Baca Juga: Meninggalnya Ratu Elizabeth II Bagi Negara-negara Bekas Jajahan: Permintaan Maaf yang tak Pernah Terucap

Pada masa kini, peran seorang gubernur jenderal dianggap cenderung seremonial.
ke-14 negara persemakmuran yang juga disebut 'kerajaan'.

yakni Selandia Baru, Australia, Kepulauan Bahamas, Belize, Kanada, dan Grenada.

Juga Jamaica, Papua Nugini, St. Christopher and Nevis, St Lucia, Tuvalu, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara,

Sistem persemakmuran ini memberi pengaruh besar ke ekonomi dan politik dunia.

Total anggotanya terdiri dari 54 negara.

Negara-negara ini masih dikepalai Ratu Inggris maupun negara-negara merdeka yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Inggris.

Baca Juga: Kematian Ratu Elizabeth II Berbuah Duka Mendalam Warga Skotlandia, Tuntut Pembubaran Monarki

Banyak anggota persemakmuran merupakan wilayah yang secara historis berada di bawah kekuasaan Inggris.

Kekuasaan Inggris ini terjadi dalam berbagai periode baik melalui pemukiman atau penaklukan.

Setelah mencapai kemerdekaan, India adalah negara pertama yang memutuskan untuk menjadi negara republik.

Kendati begitu, India ingin tetap berada di dalam persemakmuran.

Baca Juga: Meninggalnya Ratu Elizabeth II, Berakhirnya Era Keemasan Kerajaan Paling Subur di Muka Bumi

Selain Australia, suara gencar lainnya untuk menjad negara merdeka datang dari Selandia Baru.

Dilansir dari The Associated Press, Senin, 12 September 2022, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengakui hal tu.

Hanya saja, dalam pernyataannya di Wellington, ibukota negara, Ardern menegaskan bahwa pemerintahnya masih berduka.

Suasana berduka masih berlangsung sejak Ratu Elizabeth wafat pada Jumat, 8 September 2022, seklaigus dinobatkannya Pangeran Charles menjadi Raja Charles III.

Menurut Ardern, Selandia Baru pada akhirnya akan menjadi republik, dan itu mungkin akan terjadi dalam hidupnya.

Tetapi ada masalah lain yang lebih mendesak bagi pemerintahannya.

Pernyataan itu adalah yang pertama baginya tentang debat Republik Selandia Baru sejak kematian ratu, yang 70 tahun memerintah Inggris.

Ardern sebelumnya menyatakan dukungannya untuk negara yang akhirnya menjadi republik.

Banyak warga berpendapat bahwa Selandia Baru tidak akan sepenuhnya keluar dari bayang-bayang masa lalu penjajahnya.

Selain itu, Selandia Baru masih sulit untuk benar-benar merdeka, apalagi hingga menjadi republik.

“Ada perdebatan, mungkin selama beberapa tahun,” kata Ardern.

“Itu hanya kecepatannya, dan seberapa luas perdebatan itu terjadi," ujarnya.

"Saya telah membuat pandangan saya secara jelas berkali-kali," lanjutnya.

"Saya percaya, di situlah Selandia Baru akan menuju, pada waktunya. Saya percaya itu mungkin terjadi dalam hidup saya," kata Ardern.

"Tapi saya tidak melihatnya sebagai tindakan jangka pendek atau apa pun yang ada dalam agenda dalam waktu dekat," lanjut Ardern.

Ardern menjelaskan, menjadi republik bukanlah sesuatu yang direncanakan oleh pemerintahnya untuk dibahas pada titik mana pun.

“Seperti yang saya katakan, sebagian besar karena saya tidak pernah merasakan urgensinya,” kata Ardern.

“Begitu banyak tantangan yang kita hadapi. Ini adalah perdebatan besar dan signifikan," tambahnya.

"Saya tidak berpikir itu akan, atau seharusnya terjadi dengan cepat," kata Ardern.

Kematian Elizabeth dan kenaikan takhta Raja Charles III telah menghidupkan kembali perdebatan republik di banyak negara di seluruh dunia.

Charles menjadi kepala negara tidak hanya di Inggris Raya dan Selandia Baru.

Tetapi juga di 13 negara lain, termasuk Kanada, Jamaika, dan Australia.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mulai meletakkan dasar bagi sebuah republik Australia setelah terpilih pada Mei 2022.

Namun, dia menyatakan pada Minggu bahwa sekarang bukan waktunya untuk perubahan.

Menurutnya, ini waktunya untuk memberikan penghormatan kepada Elizabeth II.

Dia sebelumnya menyatakan referendum menjadi republik bukan prioritas masa jabatan pertamanya di pemerintahan.

Adapun di Selandia Baru, banyak orang telah berspekulasi, debat republik akan terjadi setelah kematian Elizabeth II.

Hal ini mengingat bahwa betapa dicintainya Elizabeth II oleh begitu banyak orang.

Hanya saja, Ardern berdalih bahwa dia tidak menghubungkan dua peristiwa itu.

"Saya tidak pernah melampirkannya dengan cara itu," katanya.

Gambar Elizabeth II di banyak koin dan uang kertas Selandia Baru.

Ini mendorong bank sentral negara untuk menegaskan, mata uang itu tetap menjadi alat bukti pembayaran yang sah setelah kematian ratu.

Ardern mengumumkan, Senin, Selandia Baru menandai kematian Elizabeth dengan hari libur umum, Senin, 26 September 2022.

Negara itu akan mengadakan upacara peringatan kenegaraan pada hari itu di Wellington.

Menurut Ardern, Elizabeth adalah orang yang luar biasa.

Banyak warga Selandia Baru akan menghargai kesempatan untuk menandai kematiannya dan merayakan hidupnya.

“Ratu Selandia Baru dan penguasa yang sangat dicintai selama lebih dari 70 tahun," ujarnya,

"...sudah sepatutnya kita menandai hidupnya dengan pelayanan publik yang berdedikasi," lanjut Ardern.

"...dengan upacara peringatan negara, dan satu hari libur umum,” katanya.

Ardern akan berangkat minggu ini ke Inggris untuk menghadiri pemakaman Elizabeth II.***

Sumber: The Associated Press

Editor: Tri Widodo

Sumber: The Associated Press


Tags

Terkait

Terkini