Kecelakaan Maut Muara Rapak Balikpapan Ada Tiga Penyebab, KNKT: Salah Satunya Klakson Telolet

- 29 Januari 2022, 09:59 WIB
Truk tronton yang menghantam kendaraan di depannya saat melintas di turunan Muara Rapak Balikpapan.
Truk tronton yang menghantam kendaraan di depannya saat melintas di turunan Muara Rapak Balikpapan. /Ryan Amanta

BALIKPAPAN CITY – Kecelakaan maut di turunan simpang lima Muara Rapak Balikpapan, Kalimantan Timur pada Jumat, 21 Januari 2022 pukul 06.15 pagi salah satu penyebabnya karena truk kontainer memasang klakson telolet, di samping dua penyebab utama lainnya.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu tim investigator dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Achmad Wildan di Purwakarta, Kamis, 27 Januari 2022 kepada wartawan.

Rem blong bukan menjadi penyebab utama. Setidaknya ada tiga penyebab utama temuan KNKT dari investigasi yang dilakukan di Balikpapan.

Baca Juga: Paska Kecelakaan Maut di Muara Rapak, Pemprov Kaltim Setujui Balikpapan Bangun Flyover

Kenapa klakson telolet menjadi salah satu penyebab kecelakaan yang menewatkan 4 orang, dan puluhan lainnya luka-luka berat dan ringan? Acmad Wildan menjelaskan pemasangan klakson telolet pada truk itu tidak sesuai teknik pemasangan yang benar.

Sumber angin untuk membunyikan klakson telolet dipasang satu jalur dengan sistem pipa pengereman pada truk kontaner nahas itu. Seharusnya jalur pipa angin yang menuju klakson telolet berasal dari tabung angin tersendiri.

"Diketahui bila dipasang klakson telolet. Nah di situ dua titik tadi itu menunjukan dia boros (angin). Karena pada saat dia turun, pengemudi itu enggak sempat ngisi (angin), hanya buang saja," paparnya Wildan seperti yang dikutip BalikpapanCity.com dari berita Pikiran-Raykat.com berjudul:"KNKT Ungkap Penyebab Utama Kecelakaan Truk Maut di Balikpapan, Benar Rem Blong?".

Baca Juga: Investasi Binary Option, Maru Nazaru Ungkap Merugi Setengah Miliar Lebih, Investasi Atau Judi?

Masih menurut Wildan, dua penyebab utama lainnya yakni pada saat jalan menurun, posisi gigi tinggi atau gigi empat. Walau sopir menyatakan, setelah itu pindah ke posisi gigi tiga, tetapi tim investigator tidak mempercayai hal itu.

Halaman:

Editor: Tri Widodo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkait

Terkini